Menurut UU no 2 tahun 1989 pasal 1 ayat (1) “ pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perananya dimasa yang akn datang.
a. Karakter usaha sadar pendidikan
· Menurut kamus besar bahasa indonesia usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud ; pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiyar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu. Sedangkan sadar adalah insyaf, yakin, merasa tahu dan mengerti. Jadi usaha sadar adalah kegiatan atau pekerjaan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud yang diinsyafi, diyakini, dihayati, dan dipahami oleh orang yang melakukan.
· Dengan demikian pendidikan sebagai usaha sadar merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang dengan cara menggerakkan kemampuan jiwa dan raganya, yang didorong oleh adanya niat baik ingin membantu pihak lain agar dapat mengembangkan kemampuan kognitif , efektif dan atau motorik yang ada dalam dirinya. Adanya pengerahan tenaga dan fikiran serta niat baik untuk membantu orang lain akan nampak dalam bentuk atau cara melaksanakan usaha sadar yang dilakukan dalam dunia pendidikan. Karakteristik usaha sadar tersebut adalah:
v Usaha dilakukan dengan sungguh-sungguh sekurang-kurangnya terlihat dari adanya perhatian terhadap kepentingan peserta didik, dan yang terbaik adalah melalui kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan cara bekerja mencurahkan tenaga, pikiran dan kasih sayang dengan tulus demi keberhasilan peserta didik.
v Usaha dilakukan dengan sengaja, sekurang-kurangnya menunjukan adanya tujuan yang jelas dan yang terbaik adalah melalui kegiatan atau pekerjaan yang terprogram.dengan demikian terlihat dengan jelas apa yang menjadi tujuan, apa bentuk kegiatanya, apa yang menjadi sarananya, serta berapa lama waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan.
v Usaha dilakukan dengan cara terbimbing, sekurang-kurangnya berusaha mengetahui berhasil tidaknya kegiatan atau pekerjaan yang etlah dilaksanakan dan yang terbaik adalah terus mengikuti semua proses kegiatan atau pekerjaan pendidikan, sambil melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses pelaksanaan dan telah selesai pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan dan hambatan yang terjad dan memperbaiki apa yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
b. Karakteristik bentuk kegiatan pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilaksanakan dalam bentuk bimbingan, pengaran dan atau latihan.
a. Karakteristik bimbingan
1. Sehubungan dengan bimbingan, penjelasan umum UU no 2 tahun 1989 antara lain menyatakan sebagai berikut: “ perluasan pengertian ini (dari satu sistem pengajaran nasional menjadi satu sistem pendidikan nasional) memungkinkan undang-undang ini tidak membatasi perhatian pada pengajaran saja melainkan juga memperhatikan unsur-unsur pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan kepribadian manusia yang bersama-sama merupakan perwujudan bangsa indonesia, suatu bangsa yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memelihara budi pekerti kemanusiaan dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur,…” penjelasan ini menyiratkan perlunya kegiatan bimbingan sebagai salah satu unsur dalam kegiatan pendidikan disamping pengajaran. Yang tertuju pada pertumbuhan kepribadian manusia indonesia yang dapat memainkan perananya secara tepat dimasa yang akan datang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Menurut Arthur J. Jones bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan, merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan-pilihan dan penyelerasan-penyelarasan diri (adjustments) serta dalam memecahkan masalah-masalah hidup. Bimbingan bertujuan agar penerimanya tumbuh dalam kemandirian dan kemampuanya untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Bimbingan merupakan layanan yang bersifat universal, tidak hanya terjadi disekolah atau keluarga saja tetapi terjadi didalam semua tahap kehidupan. Bimbingan terjadi didalam keluarga, didalam perusahaan dan industri, didalam pemerintahan, didalam kehidupan sosial, didalam rumah sakit dan didalam penjara; ada dimanapun, sepanjang ada orang yang perlu bantuan dan ada orang yang memberi bantuan.
3. Tujuan bimbingan adalah membantu individu menemukan kebetuhan-kebetuhanya, menilai kemampuan-kemampuanya, secara berangsur-angsur mengembangkan tujuan hidup yang memberikan kepuasan secara individual dan dapat diterima oleh masyarakat, merumuskan rancana-rencana tindakan untuk mencapai tijuan hidup tersebut dan melaksanakanya. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, sekolah harus menyelenggarakan pelayanan bimbingan dalam bentuk memberikan pelayanan-pelayanan: (1) penyuluhan atau counseling bagi para pelajar yang memerlukanya; (2) inventori individual yang terdiri atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan, menyebarluaskan dan menyediakan informasi tentang pelajar membantu dalam keperluan pengajaran atau penyuluhan; (3) penyediaan informasi pekerjaan dan pendidikan yang diperlukan dalam penyuluhan pekerjaan dan pendidikan; (4) penempatan yang terdiri atas kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk menempatkan setiap pelajar dalam kegiatan belajar-mengajar yang menguntungkan mereka untuk dapat belajar efektif pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan membantu mereka dapat menempati pekerjaan atau jabatan secara tepat; dan (5) penelitian yang berupa usaha yang terus menerus dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan program bimbangan sekolah.
4. Ada beberapa model atau pola yang dapat dipewrgunakan dalam memberikan pelayanan penyuluhan kepada pelajar sebagai klien. Menurut Samuel H. Osipow dan kawan-kawan dalam “A survey of conselling methods” menyebutkan lima model konseling yang terdiri atas: (1) konseling perseptual (2) konselin eksistensial (3) konseling analitikal (4) konseling rasional (5) konseling behavioral. Meskipun terdapat perbedaan dalam langkah-langkah pelaksanaan pelayanan konseling, tetapi terdapat unsur-unsur yang sama, yang terdiri atas: (1) identifikasi kasus, yaitu menetapkan pelajar yang diperkirakan perlu menerima konseling atau menjadi klien; (2) diagnosa yaitu menentukan atau memperkirakan masalah yang sedang dihadapi oleh pelajar yang menjadi kliea; (3) pragnosa yaitu menetapkan langkah-langkah yang akan diberikan kepada klien; (4) terapi yaitu: melaksanakan terapi-terapi penyembuhan yang telah direncanakan; dan (5) tindak lanjut yaitu: memantau kemajuan-kemajuan dah hambatan-hambatan yang terjadi selama proses penyembuhan.
b. Karakteristik pengajaran
1. Dalam memahami konsep pengajaran ada baiknya mengikuti sebagian uraian dari Lindley J. Stiles yang dimuat dalam Encyclopedia Educational Research. Uraian itu antara lain menyatakan sebagai berikut: “ Definisi lama tentang pengajaran (Intruction) dalam kaitanya dengan pendidikan ditekankan pada penyampaian pengetahuan atau ketrampilan pada siswa. Kata Intruction sendiri berasal dari kata latin: in yang berarti dalam dan strou berarti saya membangun. Membangun pengetahuan, informasi, sikap, ketrampilan, pemahaman, apresiasi, tingkah laku dalam diri orang lain,telah umum dianut sebagai konsep tentang proses pengajaran. Kamus baru memberi pengertian yang sama untuk istilah mengajar (theacing) dalam pengajaran (insturction). Pengajaran dibataska pada proses penyampaian pengetahuan atau ketrampilan kepada siswa, terutama dengan menggunakan metode yang sistematis.
2. Pengertian pengajaran kemudian mengalami penyempitan makna dalam tujuanya yaitu terpusat pada pengembangan kemampuan intelektual atau kognitif dan pengembangan ketrampilan termasuk dalam katagori pelatihan (training). Handerson dalam “ Introduction to philosophy of education “ membataskan sebagai bentuk pendidikan kasus yang bertujuan membantu siswa mendapatkan pengetahauan dan pengembangan inteligensi. (Henderson, 1959:46-47)
3. Chauhan dalam “ innovation in teaching and learning procces” mengemukakan empat karakteristik mengajar sebagai berikut:
a. Mengajar adalah komunikasi antara dua orang atau lebih yang saling memberi pengaruh melalui gagasan-gagasan mereka dan belajar sesuatu dalam interaksi mereka.
b. Mengajar adalah mengisi pikiran siswa dengan informasi dan pengetahuan tentang fakta untuk dapat mereka gunakan dimasa yang akan datang.
c. Mengajar adalah suatu proses mengajar dimana pelajar, guru, kurikulum dan variabel-variabel lainya diorganisasi dalam suatu cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
d. Mengajar adalah menimbulkan motivasi untuk belajar.
4. Menurut leo w Angkin dan kawan-kawan dalam “ Teaching: What its all About” berdasarkan pola hubungan guru dengan siswa, dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Pengajaran klasikal (group-oriented intruction) yang didasarkan pada asumsi bahwa semua siswa sama-sama memperoleh pengajaran dan perbedaan yang ada diantara mereka tidaklah penting.
b. Pengajaran individual (individual-oriented intruction) yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap siswa adalah berbedaharus mendapat perhatian dan perlakuan khusus.
5. Menurut Ivor K Davies dalam “Intruction Techniques” langkah-langkah dasar dalam pengajaran pengetahuan adalah:
a. Pendahuluan yang berlangsung kurang lebih 10% dari keseluruhan waktu yang tersedia. Dua hal yang diperhatikan dalam langkah ini yaitu: (1) mendapat perhatian dari siswa (2) menjelaskan tujuan pengajaran
b. Pengembangan yaitu berlangsung kurang lebih 65% dari keseluruhan waktu yang tersedia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah (1) mengingatkan kembali apa yang pernah diketahui yang sesuai dengan bahan yang baru. (2) menyajikan pengetuhan yang baru yang harus dipelajari. (3) memberikan dorongan dan bimbingan untuk menguasai pengetahuan baru (4) menjelaskan kegunaan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (5) menyatakan bagaimana mereka harus belajar
c. Konsolidasi yang berlangsing kurang lebih 25% dari keseluruhan waktu yang tersedia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah (1) mengkonsolidasikan apa yang baru saja dipelajari (2) menilai tingkat penguasaan bahan pelajaran yang baru diajarkan dan (3) membantu siswa menggunakan apa yang telah dipelajari dalam menghadapi situasi baru.
c. Karakteristik latihan
a. P.J Hills dalam “ A Dictionary of Education” membataskan latihan (training) lebih berkenaan dengan penerapan pengetahuan dari pada penguasaan pengetahuan. Pertama-tama, latihan adalah proses pengubahan yang tertuju pembentukan suatu pola tingkah laku yang diharapkan. Bagaimanapun dalam sebagian besar organisasi, dianut pandangan bahwa latihan adalah proses mempersiapkan orang untuk suatu pekerjaan, membantu mereka memperbaiki penampilan mereka, dan perkembangan potensi mereka sepenuhnya. Sistem pelatihan biasanya mencakup pelatihan diluar tempat kerja atau off job dan ditempat kerja atau on-job. Metodologi dan teknik latihan berkembang pesat dan cenderung menjadi suatu model dengan nama belajar terprogram atau programmer learning. Hal yang nampak jelas jelas dalam latihan yaitu bahwa suatu hubungan yang baik antara pelatih tetap menjadi suatu cara yang efektif memudahkan pencapaian ketrampilan; hal ini menjadi dasar dari semua sistem permagangan. Teknik-teknik mengajar konvensional bagaimanapun masih banyak digunakan dalam pemindahan pengetahuan. Teknik-teknik pengubahan sikap banyak dianjurkan ,eskipun tidak ada satu pun hal yang berhasil sempurna. Sebagai rangkuman dapat disebutkan bahwa latihan adalah suatu proses penggunaan berbagai macam teknik pengubahan sikap, pengetahuan atau tingkah laku terampil untuk mencapai penampilan yamng efektif (biasanya didefinisikan sebagai standar pekerja yang berpengalaman). Didalam melakukan suatu tugas atau suatu perangkat tugas khusus (Hills, 1982:273). Jadi latihan adalah pengajaran ketrampilan yang bertujuan mencapai kinerja atau penampilan kerja yang standar
b. Bentuk pelatihan dapat dibedakan dalam duamacam yaitu:
· Latihan melalui pendidikan pra jabatan atau pre-inservice education/training. Yang biasanya diselenggarakan didalam lembaga-lembaga pendidikan formal dalam bentuk sekolah-sekolah kejuruan dan program pendidikan profesional di perguruan-perguruan tinggi.
· Latihan berupa pendidikan selama bekerja atau in service education/training. Biasanya dilakukan dalam dua macam bentuk, yaitu: (1) on job training atau latihan selama bekerja, yang dilaksanakan ditempat kerja tersebut, dan (2) off job training atau latihan selama bekerja, yang dilakukan diluar tempat bekerja mereka. Dapat dalam bentuk pelatihan diluar tempat kerja atau dititipkan diperguruan tinggi.
c. Menurut Ivor K devies, pengajaran ketrampilan (life lesson) mencakup tiga langkah sebagai berikut:
· Penjelasan, yang berlangsung kurang lebih 15% dari waktu yang tersedia. Langkah ini berisi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan dan hasil-hasilnya.
· Demontrasi, yang dilaksanakan kurang lebih 25% dari waktu yang tersedia. Disini guru memperagakan bagaimana melakukan tugas, praktik kerja dari awal hingga akhir,
· Imitasi, yang berlangsung kurang lebih 60% dari waktu yang etrsedia. Dalam langkah ini siswa melakukan tugas atau melaksanakan praktik kerja sesuai dengan petunjuk atao contoh yang telah diperagakan oleh guru. Sedangkan tugas guru atau intrukstur adalah memonitor atau membarikan bimbingan bagi mereka yang mengalami kesulitan.
4. Karakteristik fungsi
Pendidikan bertugas mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan-perananya dalam kehidupan dimasa yang akan datang. Peranan-peranan yang akan dimainkan oleh setiap individu setelah menyelesaikan pendidikan adlah sebagai berikut:
· Pribadi yang mamputerus belajar untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dirinya seoptimal munghkin
· Anggota masyarakat
v Anggota keluarga yang dapat hidup bahagia dalam keluarga dalam arti rumah tangga atau keluarga dalam arti luas.
v Tenaga kerja yang dapat melaksanakan tugas-tugas pekerjaanya secara produktif dan memperoleh kepuasan kerja.
v Anggota organisasi atau kelompok khusus yang dapat berpartisipasi secara harmonis dan memperoleh kepuasan hidup.
v Warga negara yang bertanggung jawab dan dapat menikmati pelayanan umum yang disediakan oleh pemerintah dan masyarakat.
v Warga masyarakat yang dapat menikmati suasana kehidupan bermasyarakat pad umumnya, sehingga memperoleh rasa aman dan damai dalam hidup.
· Hamba tuhan yang dapat menjalankan kehidupan beragama secara tenag, tekun dan penuh keokhlasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar