Walau kami orang Pinggiran Tapi Pengetahuan Kami Mendunia

Jumat, 23 Januari 2009

Samsudin Jupri

Samsudin Jupri dilahirkan di Blitar tanggal ... April 1987 tepatnya di dusun Sukosari RT 01 RW 01 Desa Gadungan Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar, merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan H. Imam Suhadi dan Hj. Mistingah. Pendidikan kanak-kanak dan Madrasah Ibtidaiyah ditempuh di desanya, ketika Madrasah Ibtidaiyah ia tiap hari harus berjalan kaki satu kilometer menuju kesekolahnya melewati hamparan sawah hijau dan sungai yang bening airnya. Ia paling suka berpetualang menjelajahi alam pegunungan didaerahnya untuk melihat keindahan kebesaran sang Robbul Izzati. Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) diselesaikan pada Tahun 1999, kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Gandusari di Sukoreno dan diselesaikan pada tahun 2002. Ketika itulah ia mulai aktif dalam OSIS dan ia juga mengikuti ekstra kurikuler Drum Band yang menjuarai lomba beberapa festival salah satunya juara umum di Universitas Muhammadiyah Malang, ditahun yang sama ia melanjutkan ke SMKN 1 Blitar, ia aktif dalam OSIS namun ia lebih bersemangat dalam organisasi IPNU di Gandusari sampai masuk ke struktur kepengurusan mulai dari ketua Sub ranting sampai Kabupaten, ia juga aktif dalam pencak silat Pagar Nusa di kabupaten Blitar. Pendidikan di SMKN 1 Blitar diselesaikan pada Tahun 2005, ditahun yang sama ia mengikuti tes Seleksi Sendiri dan diterima di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
Sejak awal di Kampus UM, ia aktif di organisasi mahasiswa. Ia lebih memilih organisasi bernafaskan islami. Mulai dari organisasi ekstra kampus di PMII (Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia) Rayon Teknik, selain itu ia juga aktif di lembaga kerohaniaan fakultas (LDF) Forum Ukhuwah dan Studi Islam (FUSI) Fakultas Teknik universitas negeri malang. Ketika disini lah banyak sekali pengalaman yang didapat mulai menjabat ketua Humas periode 2005-2006 dan ketua Syiar periode 2006-2007. dan pada saat itulah ia menjadi ketua pelaksana Seminar Nasional yang dihadiri bapak wakil ketua MPR AM Fatwa. Disaat yang sama ia juga terpilih menjadi Gus IPNU periode 2007 Kecamatan Gandusari sebagai Duta Pengkaderan, Amanah inilah yang menjadi titik awal ia mulai melebarkan langkah pengabdianya pada masyarakat, mulai mengusahakan paket C untuk adik-adik yang putus sekolah menengah pertama didaerahnya, sampai kerjasama dalam jual pulsa, usaha ternak ayam dan kelinci walau masih dalam skala kecil dengan sistem bagi hasil. Ia juga merilis usaha menanam buah belimbing bangkok merah dan kopi coklat dikebunnya sampai sekarang.
Kedepan ia ingin menjadi seorang investor dan pengusaha. Untuk jangka pendek ia berkeinginan dan berniat memiliki sebuah studio radio dan tempat penyablonan sehingga ia bisa membantu perekonomian para pemuda didaerahnya. Untuk jangka panjang, investor dan pengusahalah menjadi cita2nya.
Detik demi detik ia jalani dengan tebaran senyuman dan rasa syukur Alhamdulillah dengan selalu mengharap ridhoNYA. Karena sungguh kehidupan ini sangat fana, tiada yang kekal abadi, hanya dengan ikhtiyar dan doalah kita menjalani kehidupan ini sepatutnya.
”Ya Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, Sungguh hambamu ini benar-benar lemah maka kuatkanlah. Sungguh hambamu ini benar-benar hina maka mulyakanlah, sungguh hambamu ini benar-benar fakir maka kayakanlah, hanya kepadaMu lah kami menyembah dan kepadaMu lah kami memohon dan mengadu”

Kadang kita melupakan kondisi hati…

Adalah hamba yang baik, ketika sadar akan perannya. Adalah wanita yang baik ketika dia sadar akan perannya. Untuk beribadah kepadaNya, berdakwah dan menyiapkan generasi mendatang yang sholeh. Sungguh sangat beruntung yang akhirnya dia akan melakukan langkah-langkah menuju ke situ, karena ternyata sadar saja tidak cukup.
Pernah kita dengar atau bahkan diri kita sendiri bertanya-tanya, “ kenapa aku merasa iman ini sangat lemah, malas dan sering meremehkan dalam beberapa ibadah. Apa tho sebenarnya penyebabnya?” atau kita denger ungkapan keheranan orang yang berada di sekitar kita, “ dia khan akhwat, dia khan murabbi, tapi kok tingkah laku dan perilakunya yang nampak berbeda secara signifikan, berbeda secara hakiki dengan keyakinan dan keistiqomahan mereka dalam beragama?
Ketika kita mulai berkomitmen dengan agama Allah baik dalam perilaku dan kata-kata, ternyata kadang kita lupa memperhatikan hati dan tidak mau mengobati penyakit dan bencana yang bersarang di dalamnya. Inilah yang mungkin menyebabkan orang keheranan karena tindakan yang tak sesuai dengan kata-kata yang disebabkan kejelekan yang nampak darinya. Lalainya para dai untuk memperbaiki jiwa. Sehingga sekali waktu, tampak pada mereka beberapa sikap yang berbeda dengan dakwah yang ia sampaikan kepada manusia. Inilah sebab manusia tidak menerima mereka.
Korelasinya tinggi memang antara dorongan hati, tingkah laku dengan hakikat keislaman. Salah satu tidak berjalan maka tidak akan bisa mengekspresikan hakikat keislaman. Harus ada keselarasan. Kalau bukan karena mendesaknya keselaran tersebut, tentu jihad dan pengorbanan tak akan berarti dalam Islam.
Taubatannasuha, sungguh-sungguh bertaubat kepadaNya. Karena kita sendiri sadar bahwa butuh perjuangan untuk melepaskan dan menghindari maksiat. Maka sesungguhnya meminta ampunan, koreksi akan berperan. Tidak ada dosa kecil ketika dilakukan terus menerus dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan istighfar. Kalau kita merasa diawasi terus oleh Allah dan kita selalu muhasabah, mengintrospeksi diri maka ini tidak akan terjadi. Juga pernyataan perang kita melawan nafsu, mengharamkan hal-hal yang bisa menjerumuskan dalam perkara haram dan membuat lalai kepadaNya.
Beruntunglah orang-orang yang senantiasa mensucikan jiwa dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. Ketika kita beribadah sebaik mungkin, ketika kita menjaga seluruh anggota badan, ketika zuhud dengan agama, ketika ingat akan kematian dan memikirkan akhirat, semangat belajar agama, banyak membaca Al-Qur’an, dzikir, amalan-amalan sunah dan tak ada waktu yang sia-sia. Subhanallah kalau kita melakukan itu.
Kita tidak ingin khan dikatakan perilaku tak sesuai dengan kata-kata?… Sebab hati akan terus terbentuk dengan terus berjalannya managemen hati itu sendiri. Perasaan akan pengawasan Allah hingga mampu mendorong untuk meluruskan perbuatannya dan memperbaiki niatnya.
So, sambil berdakwah kita menambah ilmu juga. Sungguh amat baik jika pengamalan setingkat dengan pemahaman. Ketika kita paham tentang apa yang kita dakwahkan maka akan nampak pada agama, akhlak dan perilaku. Semoga…

Kamis, 22 Januari 2009

Tatkala Hati Membeku

Pernah tidak kita merenung? Sudah berapa kali kita pernah menangis karena takut pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, merasa ngeri ketika ingat neraka-Nya atau terkenang dengan bertumpuk-tumpuknya dosa yang pernah kita lakukan? Sudah berapa kali shalat yang kita kerjakan begitu kita nikmati karena kita bisa merenungi makna-makna ayat-ayat Al-Qur’an yang kita baca?

Itu tentu sangat sulit!……. Mungkin seperti itu jawaban sebagian dari kita. Pernah tidak kita berfikir apa yang menjadi sebab hal itu? Penyebabnya tidak lain adalah bekunya hati kita yang menyebabkan kita sulit untuk menangis serta tidak bisa khusuk dalam shalat.

Berikut ini adalah beberapa penyebab kebekuan hati yang kita alami. Sehingga kalau kita sudah mengetahui penyebabnya, kita bisa menterapi hati kita yang sudah terlanjur membeku.

Bergaul yang tidak berfaedah
Teman punya pengaruh yang signifikan pada diri kita. Dia akan memberikan warna dalam kepribadian kita. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam memberi perumpamaan. Teman yang tidak baik itu seperti Pandai Besi, andai tidak terbakar pun, minimal kita, yang mau tidak mau pasti mendapatkan udara yang panas. Karena itu kita harus mampu mengendalikan diri dengan baik agar tidak terjebak dalam pergaulan yang tidak bermanfaat.

Berbicara yang tidak perlu
Sering sekali kita membicarakan hal-hal yang kadang-kadang tidak ada manfaatnya, baik untuk dunia maupun akhirat kita. Hati-hati dengan lisan kita, salah omong urusannya berabe. Apakah kita lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan lidah hanya satu dan telinga ada dua, dengan tujuan yaitu supaya kita lebih banyak diam untuk mendengar daripada bicara.

Namun kita sangat sering melupakan hal ini apalagi kalau sedang asyik berbicara, kita lupa untuk mendengar. Jadi perlu pengendalian kata agar tidak percuma dan sia-sia. Karena itu kebisaan gosip mesti dikurangi dan dihilangkan!

Memandang yang tidak perlu
Tidak mengatur pandangan yang kita lakukan akan menimbulkan tiga dampak negatif yaitu terkena panah Iblis yang beracun. Oleh karena itu Nabi menyatakan, yang artinya: “Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik” (HR: Ahmad). Setan masuk seiring pandangan untuk menyalakan api syahwat. Membuat hati lupa dan menyibukkannya sehingga terjerumus ke dalam mengikuti hawa nafsu dan kelalaian.

Berlebih-lebihan dalam makan
Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan: “Selama 16 tahun aku hanya pernah kenyang sekali saja, yang akhirnya kumuntahkan. Karena kenyang itu membuat badan terasa berat, hati menjadi keras, kepandaian menjadi hilang, menyebabkan ngantuk dan membuat orang loyo dalam beribadah”. (diwan Imam Syafi’I hal. 14). Sehingga makan itu sekedarnya saja, kalau bisa jangan sampai kekenyangan. Tidak sehat dan membuat malas.

Tidur yang berlebihan
Coba kita renungkan sabda Nabi shalallahu’alaihi wa salam tentang orang yang tidur satu malam penuh, bangun-bangun sudah pagi tanpa shalat malam: “Itulah orang yang telinganya atau kedua telinganya dikencingi syetan.” (HR: Bukhari dan Muslim).

Menghina ulama
“Daging para ulama itu beracun”, demikian pesan para ulama kita. Terlebih lagi bila kita menghina dan menggunjingkan mereka karena karena ilmu syar’i yang mereka miliki. Jadi sebaiknya kita berhati-hati dalam hal ini.

Tidak membaca Al Qur’an dengan merenungi maknanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS: Muhammad: 24).

Orang yang tidak merenungi ayat–ayat Al Qur’an tidak hanya satu atau dua gembok yang mengunci hatinya? Bahkan dalam hati tersebut terdapat banyak gembok. Banyak kan!! Kira-kira ada berapa gembok di hati kita?

Tidak merenungi kematian, alam kubur, surga, dan neraka
Nabi memerintahkan kita untuk berziarah kubur, agar kita teringat akan akhirat. Nabi juga memerintahkan untuk banyak mengingat kematian yang merupakan penghancur kesenangan hidup (HR: Abu Daud). Mengapa? Karena mengingat mati adalah mesin penggerak untuk beramal shalih yang ada dalam diri orang beriman.

Tidak mengkaji kehidupan umat terdahulu yang sholeh (Sahabat dan 2 generasi setelahnya)
Mereka merupakan manusia terbaik yang dekat dengan masa kenabian. Seluruh keutamaan terkumpul dalam diri mereka. Lihatlah kekhusyua’an mereka dalam shalat, shalat malam mereka, shalat berjamaah mereka, bhakti mereka kepada orang tua, zuhud mereka, antusias mereka dalam mencari ilmu, dan sebagainya. “Siapakah kita dibandingkan mereka?” Itulah kesimpulannya. Karena kurang mengetahui kehidupan mereka, maka hati kita jadi keras, sombong, ujub, sudah merasa beramal dan berjasa besar terhadap Islam.
Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala cairkan hati-hati kita yang mulai membeku karena Dialah yang mengendalikan hati-hati hamba-Nya.


Sumber Rujukan: Tazkiyatun Nufus, dll, from Cyber Muslim, diambil dari www.MediaMuslim.Info

Selasa, 13 Januari 2009

SAMSUDIN JUPRI



NAMA: SAMSUDIN JUPRI
ALAMAT: DSN SUKOSARI 01/01 GADUNGAN GANDUSARI BLITAR
TTL: BLITAR,..........

SELALU JADI YANG TERBAIK, KARNA HIDUP INI HANYA SEKALI JANGAN KAU SIA-SIAKAN. TERSENYUMLAH DALAM KEADAAN APA PUN.



SUNGGUH MEMPERJUANGKAN ISLAM SANGAT BERAT, NAMUN TERASA RINGAN JIKA DILAKUKAN SEMATA-MATA KARENA ALLAH SWT

Pengikut