Walau kami orang Pinggiran Tapi Pengetahuan Kami Mendunia

Minggu, 07 Agustus 2011

IDENTIFIKASI TENTANG KURANG MAKSIMALNYA KINERJA GURU DALAM MELAKUKAN EVALUASI PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN TEORI JURUSAN TEKNIK MESIN


Sukses tidaknya mengimplementasikan penilaian evaluasi pembelajaran  sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan antara pemberian tes, pengukuran dan penilaian tersebut dalam memperoleh hasil belajar siswanya. Kemampuan guru tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman guru terhadap implementasi, serta tugas yang dibebankan padanya. Tidak jarang kegagalan implementasi dalam menerapkan penilaian evaluasi di sekolah disebabkan kurangnya pemahaman guru terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya serta kurang adanya kesiapan guru dalam melakukan perbaikan dalam setiap akhir pertemuan pembelajaran.
Kenyataan ini mengakibatkan pembelajaran yang dilaksanakan masih bersifat konvensional, di mana keterlibatan guru dalam menanamkan konsep pembelajaran masih sangat diperlukan. Akibatnya, dominasi guru dalam pembelajaran tidak dapat dihindari guna mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan. Metode ceramah tetap menjadi pilihan, sehingga pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini mengakibatkan fungsi guru sebagai fasilitator dan motivator dalam mengawasi, membimbing serta mengarahkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep pembelajaran tidak dapat terlaksana secara optimal. Dengan adanya KTSP diharapkan celah kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam kurikulum sebelumnya bisa diperbaiki, baik pada tatanan perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Penelitian deskriptif ini bertujuan mengidentifikasi dan memperoleh gambaran tentang kesulitan yang dialami para guru dalam pelaksanaan KTSP yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

KONDISI RIIL:
1.        Dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. Komunikasi terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berpikir.
2.        Guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa sulit dalam mengikuti setiap materi yang disampaikan.
3.        Pada saat UTS, analisis soal yang dibuat oleh guru kepada siswanya belum sesuai, sehingga siswa kesulitan dalam memahami soal karena tingkat kesulitan soal yang dibuat dengan konsep materi yang diajarkan berbeda.
4.        Tidak adanya upaya dari guru untuk menilai kreatifitas dan inovasi yang mampu membuat siswa terpacu dalam memahami dan mengeksplorasi materi yang telah didapatkan.
5.        Guru belum memberikan pemahaman materi secara menyeluruh pada tiap-tiap materi yang disampaikan kepada siswa sehingga pada waktu guru mengadakan tes, siswa merasa kesulitan karena masih ada materi yang belum dipahami.
6.        Hasil remedial/tes ulangan yang dilakukan oleh guru belum mampu memperbaiki prestasi belajar siswa karena tidak adanya perbaikan konsep soal yang diberikan antara sebelum dan sesudah diadakan tes.

KONDISI IDEAL:
1.        Dalam proses belajar mengajar guru diharapkan berusaha mengajak berpikir kepada siswa sehingga komunikasi bisa terjadi dua arah, yaitu dari guru ke siswa dan juga dari siswa ke guru. Metode tersebut bisa efektif sehingga bisa mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
2.        Guru berusaha memberikan umpan balik dalam melakukan evaluasi pembelajaran sehingga siswa mudah dan leluasa dalam mengeksplorasi kesulitan-kesulitan yang diperoleh dalam mengikuti setiap materi yang disampaikan.
3.        Adanya keseimbangan kualitas antara materi yang telah diajarkan dan soal yang diberikan kepada siswa dengan menganalisis materi dan soal-soal yang diberikan tersebut.
4.        Adanya penilaian dari guru dengan cara siswa diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi kreatifitas dan inovasi yang dimilikinya dengan tujuan siswa terpacu dalam memahami dan mengeksplorasi materi yang telah didapatkan.
5.        Guru memberikan pemahaman materi secara menyeluruh dan bertahab pada tiap-tiap materi yang disampaikan kepada siswa sampai siswa benar-benar mengerti materi tersebut sehingga pada waktu guru mengadakan tes, siswa tidak merasa kesulitan.
6.        Hasil remedial/tes ulangan yang dilakukan oleh guru diharapkan mampu memperbaiki prestasi belajar siswa karena adanya perbaikan konsep soal yang diberikan antara sebelum dan sesudah diadakan tes.

IDENTIFIKASI MASALAH:
            Beberapa masalah tersebut di atas muncul karena guru belum mampu menciptakan suasana belajar yang efektif, dinamis dan kondusif di lingkungan kelas. Siswa masih merasa sulit memahami pelajaran dengan keadaan dimana setiap pertemuan pembelajaran, metode yang digunakan masih bersifat konvensional tanpa adanya inovasi-inovasi dan kreatifitas baru yang bisa dilakukan di lingkungan kelas oleh guru dan secara otomatis berdampak kepada siswa yang melakukan hal yang serupa. Kurang adanya evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk mengukur kesulitan tes yang diberikan kepada siswanya pada setiap diadakan tes sehingga nilai yang diinginkan tidak sesuai dengan SKM.

RUMUSAN MASALAH:
Dari beberapa masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.        Apakah masih terdapat ketidak sesuaian tentang kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran,  evaluasi  pembelajaran, serta kinerja guru dalam disiplin tugas?
2.        Apakah masih rendahnya kinerja yang dimiliki guru sehingga loyalitas kerja guru kurang memuaskan?

TUJUAN PENULISAN:
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penulisan ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui ketidak sesuaian tentang kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran,  evaluasi  pembelajaran, serta kinerja guru dalam disiplin tugas.
2.        Untuk mengetahui kinerja yang dimiliki guru sehingga loyalitas kerja guru kurang memuaskan.

LANDASAN TEORI:
Dalam dunia pendidikan, pengukuran prestasi belajar sebagai evaluasi pembelajaran tidaklah dapat disangsikan lagi. Sebagaimana kita ketahui, pendidikan formal merupakan sistem yang komplek yang penyelenggaraanya memerlukan waktu, dana, tenaga dan kerjasama berbagai fihak. Tidak layaklah untuk menyatakan adanya suatu kemajuan (pembelajaran) atau program pendidikan tanpa memberikan bukti peningkatan atau perolehan yang telah diperoleh. Bukti adanya peningkatan atau pencapaian yang diperoleh antara lain diambil dari pengukuran sebagai evaluasi pembelajaran. (Azwar:13)  

METODE
1.      Dalam proses belajar mengajar guru mengajak berpikir kepada siswa sehingga komunikasi bisa terjadi dua arah, yaitu dari guru ke siswa dan juga dari siswa ke guru. Metode tersebut bisa efektif sehingga bisa mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
2.      Guru memberikan umpan balik dalam melakukan evaluasi pembelajaran sehingga siswa mudah dan leluasa dalam mengeksplorasi kesulitan-kesulitan yang diperoleh dalam mengikuti setiap materi yang disampaikan.
3.      Adanya keseimbangan kualitas antara materi yang telah diajarkan dan soal yang diberikan kepada siswa dengan menganalisis materi dan soal-soal yang diberikan tersebut.
4.      Adanya penilaian dari guru dengan cara siswa diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi kreatifitas dan inovasi yang dimilikinya dengan tujuan siswa terpacu dalam memahami dan mengeksplorasi materi yang telah didapatkan.
5.      Guru memberikan pemahaman materi secara menyeluruh dan bertahab pada tiap-tiap materi yang disampaikan kepada siswa sampai siswa benar-benar mengerti materi tersebut sehingga pada waktu guru mengadakan tes, siswa tidak merasa kesulitan.
6.      Hasil remedial/tes ulangan yang dilakukan oleh guru diharapkan mampu memperbaiki prestasi belajar siswa karena adanya perbaikan konsep soal yang diberikan antara sebelum dan sesudah diadakan tes.

KESIMPULAN
Sukses tidaknya mengimplementasikan penilaian evaluasi pembelajaran  sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan antara pemberian tes, pengukuran dan penilaian tersebut dalam memperoleh hasil belajar siswanya. Kemampuan guru tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman guru terhadap implementasi, serta tugas yang dibebankan padanya. Tidak jarang kegagalan implementasi dalam menerapkan penilaian evaluasi di sekolah disebabkan kurangnya pemahaman guru terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya serta kurang adanya kesiapan guru dalam melakukan perbaikan dalam setiap akhir pertemuan pembelajaran. Untuk itu diharapkan guru benar-benar siap dalam merencanakan, proses dan evaluasi proses belajar-mengajar sehingga menghasilkan penilaian yang objektif bukan subjektif.

DAFTAR RUJUKAN
Saifuddin azwar. Tes Prestasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut