Walau kami orang Pinggiran Tapi Pengetahuan Kami Mendunia

Minggu, 07 Agustus 2011

KEMAMPUAN PENDIDIK DALAM MENGEMBANGKAN PERSEPSI AWAL PESERTA DIDIK TERHADAP KEMAMPUAN DASAR DALAM MEMAHAMI MATERI SELAMA PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS

ABSTRAK: Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Pembelajaran yang efektif. Peserta didik bukan lagi botol kosong yang diisi oleh berbagai informasi, baik sengaja atau tersembunyi dari para pendidiknya sudah memiliki kemampuan awal atau kesiapan belajar, makan dari itu pendidik harus mampu mengkonstruksi atau membentuk kembali informasi-informasi yang akan disampaikan kepada peerta didik agar lebih bermakna dan efektif. Kebermaknaan pembelajaran dapat diciptakan dengan mengaitkan pengetahuan baru pada struktur pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik. Pengetahuan ditingkatkan yang lebih tinggi dikaitkan dengan hubungan prasyarat belajar atau subsumtif antara suatu pengetahuan dengan pengetahuan yang lebih inklusif. Jika karakteristik peserta didik mampu dipelajari oleh pendidik maka akan dapat memudahkan perolehan pengetahuan baru yang akan dipelajari, memudahkan pengorganisasian ingatan, mengungkapkan kembali apa yang telah disimpan dalam struktur kognitif yang terorganisir dengan baik, dan akhirnya membuat pengetahuan baru lebih bermakna sekalipun dalam hal tertentu semakin abstrak.

Kata kunci: Kemampuan guru, kemampuan awal siswa, metode pembelajaran

Dalam melakukan proses pembelajaran, seorang guru mengajar pada ruangan kelas yang sederhana. Di dalam kelas itu terjadi kegiatan belajar mengajar, tapi ada keanehan, suasana terasa hening sekali, yang terdengar hanyalah suara guru yang sedang memberikan penjelasan di depan kelas. Sedangkan siswa ada yang tangannya berlipat di atas meja dan kepalanya direbahkan pada kedua lipatan tangan itu. Ada yang mencoret-coret buku seperti sedang menggambar sesuatu dan ada juga yang asyik memperhatikan guru didepannya tapi gak tahu pikirannya pada kemana.
Sesekali kelas itu menjadi ribut karena ada yang memualai kegaduhan untuk memecahkan keheningan kelas itu. Dan mereka dikejutkan oleh hentakan tangan di atas meja dari guru yang mengatakan "Anak-anak tolong perhatikan materi yang saya sampaikan ini, karena ini sangat penting untuk kalian kuasai dan menjadi bahan buat ulangan nanti". Anak-anakpun hening sesaat, guru pun melanjutkan kembali mengajarnya dan makin lama suaranya hilang kehabisan tenaga sehingga siswa yang duduk di bagian belakang hampir tak kedengaran. Inilah yang membuat siswa bosan mengikuti pelajaran, akhirnya kembali lagi ke aktifitas mereka, ada yang mengobrol, menggambar, melamun, tiduran, dll.
Situasi seperti ini tentunya harus kita hindari bersama. Si guru beranggapan bahwa siswanya susah diatur, sedangkan siswanya merasa bosan dengan pelajaran yang begitu-begitu aja. Akhirnya Bel istirahat berbunyi yang melepaskan mereka dari ketegangan belajar tersebut, baik guru maupun siswa, dan akhirnya pembelajaran tak berari apa-apa.
Kita sering melihat bahkan merasakan sendiri peristiwa semacam ini. Bagi seorang guru, peristiwa itu sangat menjengkelkan bukan? dan menganggap kelas tersebut adalah kelas yang tidak komunikatif dan cooperatif!.
Dr. Wina Sanjaya (2005 : 70) menyebutkan ada 4 kekeliruan dalam proses belajar mengajar yaitu :
1.        Ketika mengajar, guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang diajarkannya sudah dipahami oleh siswa atau belum.
2.        Dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. Komunikasi bisa terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berpikir.
3.        Guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya.
4.        Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan siswa. Siswa dianggap sebagai " tong kosong " yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggapnya sangat penting.
Guru kurang memperhatikan kemampuan awal siswa.
Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa diperlukan oleh guru untuk menetapkan strategi mengajar, bahkan untuk mengajukan pertanyaanpun diperlukan pemahaman tentang kemampuan awal siswa. Dengan memahami kemampuan awal siswa ini guru dapat membantu siswa memperlancar proses pe,mbelajaran yang dilkukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa. Adakalanya satu materi tertentu memerlukan prasarat pengetahuan sebelumnya. Jika pengetahuan prasyarat ini belum dikuasi dan guru sudah melanjutkan pada materi berikutnya bisa dipastikan bahwa siswa akan kesultan mengikuti pelajaran. Hal ini bisa dideteksi melalui perilaku siswa. Siswa yang tidak dapat mengikuti materi yangs edang dibahas oleh guru cenderung berperilaku “menyimpang” seperti: melamun, menulis atau menggambar yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, berbicara sendiri atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait dengan isi pembelajaran.
Jadi, dengan demikian dalam era informasi sekarang ini, seharusnya telah terjadi perubahan peranan guru. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar (learning resources), akan tetapi lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran (manager of instruction). Dalam posisi semacam ini bisa terjadi guru dan siswa saling membelajarkan.
Landasan teori
Karakteristik peserta didik adalah suatu variabel yang paling berpengaruh dalam pembelajaran. Model pembelajaran apapun yang dikembnangkan dan atau strategi apapun yang dipilih untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada karakteristik perseorangan atau kelompok dari siapa yang belajar “Demikian Asri Budiningsih (2004) dalam bukunya Belajar Moral.
Nyoman Sudana Dageng & Yusuf Hadi Miyarso (1993) dalam bukunya “ Terapan teori kognitif dalam desing pembelajaran” mengatakan “karakteristik peseserta didik didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan peserta didik seperti bakat, motivasi belajar dan kemampuan awal yang telah dipelajari dan dimilikinya dan berguna sebagai pijakan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang optimal.
Nyoman Sudana Dageng & Yusuf Hadi Miyarso (1993) mengemukakan setidaknya terdapat tiga langkah dalam melakukan analisis kemampuan awal untuk mengetahui kesiapan belajar peserta didik yakni:
1.        Melakukan pengamatan kepada siswa secara perorangan untuk mengetahui konsep, prosedur, dan prinsip pembelajaran yang telah dikuasai peserta didik dengan menggunakan tes kemampuan awal.
2.        Mentabulasi karakteristik perorangan peserta didik untuk mendapatkan klarifikasi untuk memudahkan strategi pengelolaan pembelajaran.
3.        Membuat daftar karakteristik peserta didik sebagai dasar menemukan strategi pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan kemajuan pembelajaran secara perorangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut